Jumat, 14 Maret 2008

SEJARAH SINGKAT MUSEUM “ PRABU GEUSAN ULUN “ , YPS.

SEJARAH SINGKAT MUSEUM “ PRABU GEUSAN ULUN “ , YPS.

“ Yayasan Pangeran Sumedang “ (YPS) sebagai yang mengurus, memelihara dan mengelola barang wakaf Kangdjeng “ Pangeran Aria Soeria Atmadja “ (PASA) Bupati Sumedang 1882 – 1919 ( Pensiun ). Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum. Karena banyak sekali benda-benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum Wargi-YPS didirikan, yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang. Museum Wargi –YPS ternyata mendapat respon yang baik dari para wargi Sumedang demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena lokasi Museum Wargi –YPS ini sangat strategis sekali, tepat dipusat Kota Sumedang, berada dilingkungan Kantor Bupati Sumedang bersebelahan dengan “Gedung Negara” adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang.

A. Sekitar Permasalahan Museum “Prabu Geusan Ulun”- YPS.

I. Pemberian nama untuk Museum Wargi –YPS.

Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk memberi nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS.

II. Perkembangan Museum “Prabu Geusan Ulun“-YPS dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1997.

Pada tahun 1973, pertama berdiri namanya Museum YPS hanya memiliki 2 bangunan gedung, yaitu :

- Gedung Utama adalah Gedung Gamelan, gedung tersebut dibangun dari

sumbangan Bapak Ali Sadikin, Gubunur DKI pada saat itu, didirikan pada tahun 1973.

- Gedung Kedua adalah Gedung Gendeng, bangunan aslinya dibuat tahun

1850an, kemudian diperbaiki, direnovasi pada tahun 1955 dan di Rehabilitasi tahun 1993.

Pada tahun 1974, namanya menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun”-YPS, masih tetap 2 bangunan, yaitu :

- Gedung Gamelan, sebagai gedung utama.

- Gedung Gendeng, gedung kedua.

Pada tahun 1982, Museum “Prabu Geusan Ulun”-YPS bertambah 2 bangunan, yaitu :

- Gedung Srimanganti yang didirikan tahun 1706, menjadi gedung utama.

Rehabilitasi dilakukan tahun 1982 dan 1993.

- Bangunan Bumi Kaler yang didirikan tahun 1850. Rehabilitasi bangunan

dilaksanakan tahun 1982, 1993 dan 2006, menjadi gedung kedua.

Pada tahun 1997, Museum “Prabu Geusan Ulun”- YPS, bertambah lagi 2 bangunan, yaitu :

- Gedung Pusaka yang didirikan dari tahun 1990 sampai dengan 1997

memerlukan waktu yang lama hingga diresmikannya pada tahun 1997 atas prakarsa R.Hj.Ratjih Natawidjaja dan wargi-wargi Sumedang, menjadi gedung keempat.

- Gedung Kereta yang didirikan pada tahun 1996, menjadi gedung keenam.

III. Sejak tahun 1997 Museum “Prabu Geusan Ulun” – YPS, memiliki enam buah gedung yang dipergunakan untuk tujuan kegiatan museum,adalah:

1. Gedung Utama adalah Gedung Srimangti ( Bangunan bentuk kolonial).

2. Gedung Kedua adalah Bumi Kaler ( Bangunannya dari kayu jati dan bentuk

kolonial).

3. Gedung Ketiga adalah Gedung Gendeng.

4. Gedung Keempat adalah Gedung Pusaka.

5. Gedung Kelima adalah Gedung Gamelan.

6. Gedung Keenam adalah Gedung Kereta.

B. Peranan dan Kegiatan Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS.

I. Fungsi dan Tugas .

Museum “Prabu Geusan Ulun” adalah pengembangan dari Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) yang berperan untuk merawat benda-benda peninggalan dari Pangeran Sumedang, sebagai peninggalan budaya leluhur yang berarti harus meneruskan dan menjaga amanat Pangeran Sumedang. Nilai bersejarah yang terkandung didalam benda-benda peninggalan leluhur Pangeran Sumedang perlu dipelihara secara baik agar tetap lestari, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengkajian, studi, eksperimen dan perluasan informasi agar terjadi terus kesinambungan nilai-nilai sosio cultural leluhur Sumedang. Sehingga kebudayaan dan peradaban generasi terdahulu dapat terus diwariskan, disempurnakan dan dikembangkan. Oleh kerena itu tugas Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS begitu kompleks bukan hanya untuk memelihara nilai-nilai budaya, juga harus dapat diteruskan kepada generasi muda atas nilai-nilai budaya tersebut.

II. Menunjang Tujuan Program Dan Kurikulum Pendidikan.

Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS merupakan sarana metodis yang menunjang proses belajar mengajar. Dengan kata lain program tersebut diinteraksikan dengan program mengajar yang merupakan satu program mengajar, oleh karena itu proses belajar adalah realisasi dari pada program belajar, sedangkan Museum “Prabu Geusan Ulun “ –YPS integral dengan program belajar mengajar.

Kurikulum dapat diartikan sebagai satu rangkaian yang berstruktur dari hasil belajar yang diinginkan. Dalam setiap tahun menjelang kenaikan kelas dan penerimaan siswa baru dari berbagai tingkatan sekolah, biasanya menggunakan Museum “Prabu Geusan Ulun” – YPS sebagai ruang data untuk mengadakan penelitian didalam menyusun karya tulis,makalah dan bahan skripsi bagi mereka yang diperguruan tinggi.

Museum “Prabu Geusan Ulun “ – YPS juga mengutamakan program bimbingan yang siap melayani public, sebab bimbingan dilakukan dengan metode edukatif cultural dengan melihat benda-benda koleksi sebagai sumber penelitian dan pengkajian.

C. Benda-benda koleksi Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS berdasarkan Jenis Klasifikasi, yaitu :

1. Koleksi Jenis Geologika/ Geografika.

Adalah benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu geologi/geografi antara lain meliputi batuan, mineral dan benda-benda bentukan alam lainnya ( permata, granit, andesit ), peta dan peralatan pemetaan.

2. Koleksi Jenis Biologika.

Adalah benda koleksi yang masuk katagori benda objek penelitian/dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan baik yang berupa fosil maupun bukan.

3. Koleksi Jenis Etnografika.

Adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis.

4. Koleksi Jenis Arkelogika.

Adalah benda koleksi yang merupakan hasil budaya manusia masa lampau yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya pengaruh budaya barat.

5. Koleksi Jenis Historika.

Adalah benda koleksi yang mempunyai “nilai sejarah”dan menjadi objek penlitian sejarah serta meliputi kurun waktu sejak masuknya budaya barat sampai sekarang/resen ( maksudnya : sejarah baru ). Benda-benda ini pernah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan suatu peristiwa ( sejarah ) yang berkaitan dengan suatu organisasi masyarakat ( misal Negara, kelompok, tokoh dan sebagainya ).

6. Koleksi Jenis Numismatika/ Heraldika.

Numismatika dalah setiap mata uang atau alat tukar ( token ) yang sah. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang dan tanda pangkat resmi ( termasuk cap/stempel ).

7. Koleksi Jenis Filologika.

yang menjadi penelitian filologi, berupa naskah kuno yang ditulis tangan yang menguraikan sesuatu hal Adalah benda koleksi atau peristiwa.

8. Koleksi Jenis Keramologika.

Adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar ( baked clay ) berupa barang pecah belah.

9. Koleksi Jenis Seni Rupa.

Adalah benda koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistic manusia melalui objek-objek dua atau tiga dimensi.

D. Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS tercatat didalam buku ICOM tahun 1993.

Directory Of Museums Of The Asia-Pasifik Countries.

International Council Of Museums (ICOM) Asia-Pacific Organisation 1993.

Volume I. INDEX . INDONESIA. No. 55 .

Museum Prabu Geusan Ulun.

Kompleks Gedung Negara, Sumedang, West Java

Telephone : 81714

Type : Private

Subordinate Unit of : Pangeran Sumedang Fundation

Opening Hours : 08:00 to 13: 00, Friday closed

Admission Fee : Children- 100,00 Rp General- 200,00 Rp

Founded in : 1973

Subjects : Personalia.

Collections : Arms & Weapons, Gold Swords, Gamelan.

Other Staff Member : 8

Services : Library.

Head : Raden Lukman Hamid Soemawilaga.

E. Pimpinan Museum Prabu Geusan Ulun sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 2007.

No.

Ketua Museum PGU / YPS

Tahun

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

R. Ating Nata Di Koesoemah.

R. Tmg. Mochamad Singer.

Drs. H. R. Lukman Hamid.

R. H. Djamhir Soemawilaga.

R. H. Hadian Seoriaadiningrat.

R. Ikik Lukman Seomadiseoria.

1973 – 1980

1980 – 1988

1988 – 1992

1992 – 1997

1998 – 2006

2006 s/d Sekarang

Museum YPS/ Museum

Prabu Geusan Ulun – YPS.

Museum PGU – YPS.

Museum PGU – YPS.

Museum PGU – YPS.

Museum PGU – YPS.

Museum PGU – YPS.

Museum PGU – YPS.

F. SEJARAH SINGKAT GEDUNG – GEDUNG MUSEUM

Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang terletak di Jl. Prabu Geusan Ulun No. 40 Sumedang, Museum ini merupakan museum keluarga yang berstatus swasta. Museum Prabu Geusan Ulun memiliki enam buah gedung, antara lain :

I. GEDUNG SRIMANGANTI.

Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya colonial, kata Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara). Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya.

Semula Ibu Kota Sumedang bertempat di Tegal Kalong, ketika masa pemerintahan Pangeran Panembahan ayah dari Dalem Tanoemadja, terjadi serangan dan pendudukan tentara Banten pimpinan Cilikwidara pada tahun 1678, maka Ibu Kota dipindahkan dari Tegal Kalong ke Regol sekarang dengan gedung Kabupaten bernama Srimanganti. Pada tahun 1706 sampai tahun 1942 Gedung Srimanganti dipergunakan sebagai tempat tinggal bupati dan keluarganya, diantaranya Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang. Pada tahun 1942 Srimanganti tidak digunakan sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya oleh Dalem Aria Soemantri dijadikan Kantor Kabupaten, sedangkan Bupati serta keluarganya tinggal di Gedung Bengkok / Gedung Negara – sekarang.

Gedung Srimanganti terdaftar pula dalam Monumenter Ordonantie 1931 sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Pada tahun 1982 Gedung Srimanganti mengalami pemugaran karena sempat dijadikan kantor Pemda, setelah pemugaran Gedung Srimanganti diserahkan kepada Yayasan Pangeran Sumedang oleh Direktur Kebudayaan Depdikbup pada masa itu.

II. GEDUNG BUMI KALER

Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih yang memerintah Sumedang tahun 1836 – 1882. Pada masa itu Pangeran Sugih membangun dua (2) buah bangunan yang fungsinya sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya. Kedua buah bangunan tersebut sebagaian besar terbuat dari kayu jati berarsitektur atap khas Sunda Julang Ngapak, gaya kedua bangunan tersebut sama persis berbentuk panggung, yang membedakan hanya letaknya saja, bangunan yang satu terletak di sebelah Kaler (Utara) dan yang satu lagi berada di sebelah Kidul (selatan). Untuk memudahkan mengingat maka disebut Bumi Kaler dan Bumi Kidul. Namun sungguh sayang pada saat sekarang ini yang ada tinggal Bumi Kaler sedangkan Bumi Kidul mengalami keruksakkan sehingga dibongkar pada masa Dalem Aria Soematri.

Gedung Bumi Kaler beberapa kali mengalami rehabilitasi pada tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Sama halnya dengan Gedung Srimanganti, Bumi Kaler sudah terdaftar dalam Monumeter Ordonantie 1931 karena termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya. Gedung Bumi Kaler menjadi gedung Museum Prabu Geusan Ulun pada tahun 1982.

III. GEDUNG GENDENG

Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung Gendeng waktu itu digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka lelehur dan senjata lainnya. Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan tahun 1993. Namun karena benda Pusaka-pusaka makin banyak sampai akhirnya Gedung Gendeng tidak memadai lagi untuk menyimpan benda-benda Pusaka tersebut maka dibangunlah Gedung Pusaka khusus untuk menyimpan benda-benda Pusaka. Gedung Gendeng sekarang beralih fungsi menjadi Gedung social budaya. Gedung Gendeng merupakan Museum Yayasan Pangeran Sumedang pertama yaitu pada tahun 1973.

IV. GEDUNG GAMELAN.

Gedung Gamelan didirikan pada tahun 1973, oleh Pemda Sumedang atas sumbangan dari Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin, fungsi gedung ini sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan – Gamelan Pusaka.

Gedung Gamelan mengalami renovasi pada tahun 1993, selain sebagai tempat menyimpan Gamelan, gedung Gamelan juga dipakai sebagai tempat latihan tari klasik setiap hari minggu . Setiap satu tahun satu kali pada bulan Maulud semua Gamelan Pusaka dicuci dan tidak dibunyikan latihan taripun diliburkan. Gedung Gamelan merupakan Gedung Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pertama.

V. GEDUNG PUSAKA.

Gedung Pusaka adalah gedung museum yang kelima dari enam gedung yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun sebagai gedung baru. Fungsi Gedung Pusaka sesuai namanya sebagai tempat khusus menyimpan benda-benda Pusaka peninggalan para leluhur Sumedang. Pembangunan Gedung Pusaka dibangun karena Gedung Gendeng waktu itu sebagai tempat menyimpan pusaka sudah tidak memadai, sehingga atas prakarsa Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya ibunda dari Bapak Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita, rencana Gedung Pusaka bisa dilaksanakan dengan melibatkan Yayasan Pangeran Sumedang, Rukun Wargi Sumedang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumedang, Departemen Pariwisata Sumedang, Pemda Sumedang dan Direktorat Permuseuman Propinsi Jawa Barat.

Pada tanggal 25 Maret 1990 pembangunan Gedung Pusaka mulai dikerjakan dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya .

Proses pembangunan Gedung Pusaka memakan waktu cukup lama yaitu selama tujuh (7) tahun, selesai pada tahun 1997, kemudian diresmikan oleh Bupati Sumedang Bapak Drs. H. Moch. Husein Jachjasaputra.. Biaya pembangunan Gedung Pusaka selain sumbangan dari Pronvinsi TK. I Jawa Barat juga sumbangan dari para wargi Sumedang, salah satunya sumbangan Sanggar Seni Sumedang “Padepokan Sekar Pusaka” pimpinan Bapak Rd. E. Lesmana Kartadikoesoemah (Alm).

VI. GEDUNG KERETA

Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun 1990. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun.

H. KOLEKSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN

I. KOLEKSI GEDUNG SRIMANGANTI :

Koleksi yang terdapat di Gedung Srimanganti antara lain:

1. Tempat Tidur Pangeran Kornel.

2. Ukiran Jepara.

3. Baju Kebesaran Bupati.

II. KOLEKSI BUMI KALER :

Koleksi yang terdapat di Gedung Bumi Kaler antara lain:

1. Puade.

2. Pepeten

3. Keramik.

II. KOLEKSI GEDUNG GENDENG :

Koleksi yang terdapat di Gedung Kendeng antara lain :

1. Wayang .

2. Topeng.

3. Keris.

III. KOLEKSI GEDUNG PUSAKA :

Koleksi yang terdapat di Gedung Pusaka antara lain:

1. Mahkota Binokasih.

2. Keris Panunggul Naga.

3. Tombak.

IV. KOLEKSI GEDUNG GAMELAN :

Koleksi yang terdapat di Gedung Gamelan antara lain :

1. Gamelan Parakan Salak.

2. Gamelan Sari Oneng Matram.

3. Candrakala.

V. KOLEKSI GEDUNG KARETA.

Koleksi yang terdapat di Gedung Kareta antara lain :

1. Kareta Naga Paksi.

2. Kareta.

3. Meriam.

Tidak ada komentar: